Minggu, 21 November 2010

SINOPSIS “DOLANAN DAKON”


SINOPSIS  “DOLANAN DAKON”
DISUSUN DALAM RANGKA MENGIKUTI
FESTIVAL DOLANAN DAKON
KABUPATEN TULUNGAGUNG
 


DISUSUN OLEH
UPTD SMPN 1 BOYOLANGU TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2010


SINOPSIS  “DOLANAN DAKON”
DISUSUN DALAM RANGKA MENGIKUTI
FESTIVAL DOLANAN DAKON
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Jumlah alat             : 5 buah
Bahan                       :  Kayu
Jumlah lobang       :  16 termasuk dua lumbung
Jumlah kecik           : 7 kecik setiap lobang x 2 x 5 alat = 700 kecik
Bahan kecik             :  700 kecik tanjung 700 kecik sawo
Jumlah pemain      : 10 siswa putri
Jumah pembina    : 3 pembina
Pakaian                    : Adat Jawa (keraton)
                                     Pemilihan pakaian ini menyesuaikan dengan alat yang digunakan. Karena alat yang digunakan bagus, maka sesuai untuk kalangan keraton. Jika alatnya sederhana, maka pakaian yang diginakan adalah pakaian jawa desa.
Mengetahui
Kepala UPTD SMPN 1 Boyolangu                                  Penyusun

HERU MUJIONO, S.Pd.                                                       BUDI HARSONO, S.Pd.
NIP19610622 198403 1 008                                              NIP 19650803 108412 1 001

  “DOLANAN DAKON”
Dakon atau ada yang menyebut dengan nama congklak merupakan permainan tradisonal. Permainan ini dulu sering dimainkan oleh anak-anak desa khususnya anak perempuan. Permainan yang berasal dari kalangan keraton ini sangat populer sebelum tahun delapan puluhan.
A. SEJARAH DAKON
Dakon atau ada yang menyebut dengan nama congklak merupakan permainan tradisonal. Permainan ini dulu sering dimainkan oleh anak-anak desa. Media yang digunakan pun bermacam-macam. Kalau di keraton, media yang digunakan terbuat dari papan yang dihiasi ornamen-ornamen menarik. Kalau di desa, media apa pun bisa digunakan. Misalnya membuat garis lingkaran-lingkaran di tanah sesuai dengan kebutuhan, atau membuat lobang-lobang di tanah sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
Menurut Ambarbriastuti.multiply.com/journal/ yang dikutip Rabu, 3 November 2010 pulul 09.40 wib ternyata dakon mempunyai sejarah panjang. Secara internasional namanya adalah Mancala berasal dari bahasa Arab 'Naqala' yang artinya bergerak (wikipedia). Menurut dugaan asalnya dari Jordania setelah ditemukan papan mainan yang berusia 7000-5000 th sebelum masehi. Sedang di Afrika permainan ini juga sangat dikenal dengan nama Oware. Sampai ke Indonesia juga kemungkinan lewat perdagangan dengan saudagar Timur Tengah dan Afrika.
 Lebih lanjut Ambarbriastuti menceritakan bahwa dia pernah  bertemu teman dari Perancis. Hebatnya orang  Perancis itu adalah pemain dakon profesional. Hingga dia harus terbang ke negara Jerman untuk kompetisi dakon.


B. ISTILAH-ISTILAH DALAM PERMAINAN DAKON
1.      Lumbung
Lumbung adalah lobang untuk menyimpan kecik perolehan permainan yang terletak di sisi kiri kanan lobang-lobang dakon.
2.      Menang
Pemain dikatakan menang jika jumlah kecik di lumbung lebih banyak daripada jumlah batu di lumbung lawan
3.      Nembak
Pemain dikatakan nembak jika akhir dari putaran kecik yang dijalankan terletak pada posisi kosong, sedangkan lobang di pihak musuh berisi kecik. Jika nembak, berarti batu-batu di lobang lawan yang ditembak bisa diambil untuk disimpan di lumbung.

C. ATURAN PERMAINAN
·         Jumlah pemain
Jumlah pemain dua orang yaitu satu lawan satu.
·         Tempat permainan
Bebas dimana saja asalh kedua belah pihak menyepakati dan enjoy untuk bermain.
·         Kesepakatan permainan.  
o   Jumlah kecik setiap lobang, biasanya sesuai jumlah lobang pemain. Jika total lobang 14 tidak termasuk lumbung, maka jumlah kecik setiap lobang ada 7, yaitu 14 dibagi 2 pemain .
o   Permulaan permainan. Dimulai dengan suit, pemenang suit memulai permainan.
o   Aturan nembak. Jika nembak tidak disepakati maka aturan ini tidak digunakan.

·         Permulaan permainan
o   Permaian dimulai dari hasil suit. Pemenang suit mengambil kecik salah satu lobang kemudian didistribusikan ke semua lobang termasuk lobang musuh. Lobang yang tidak diisi adalah lumbung lawan.
o   Jika kecik yang diedarkan berakhir di lobang yang berisi kecik, maka kecik tersebut diambil semua untuk dibagi rata ke semua lobang. Begitu seterusnya sampai kecik berakhir di lumbung atau di lobang kosong.
·         Pergantian pemain
o   Pergantian pemain jika batu yang diedarkan berakhir di lumbung atau di lobang kosong, baik lobang kosong pemain atau lobang kosong musuh.
·         Akhir permainan
o   Permainan berakhir jika kecik sudah tidak ada yang bisa diedarkan lagi. Akhir permainan ditandai dengan menghitung jumlah kecik di lumbung masing-masing. Lumbung yang paling banyak isinya dinyatakan sebagai pemenang.
D. NILAI PEDAGOGIS DALAM PERMAINAN DAKON
Permainan jaman dulu, diciptakan bukan tanpa tujuan. Orang-orang tua pada masa lalu, mendidik anak, mensehati anak dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut diwujudkan dalam bentuk peralatan secara simbolik dalam upacara adat, atapun permainan. Permainan penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Oleh karena itu, permainan tradisional yang diciptakan oleh leluhur bangsa ini pun berdasar atas banyak pertimbangan dan perhitungan.

Hal ini karena leluhur kita mempunyai harapan agar nilai-nilai yang disisipkan pada setiap permainan tersebut dapat dilaksanakan anak-anak dalam setiap tindakan dan perbuatannya dengan penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan.
a.     Belajar dari permainan (Learning by playing)
Bermain dakon akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah. Pemain harus menggunakan pikirannya sambil menghitung kemungkinan kecik yang dibagai agar tidak segera mati di lumbung.
b.     Permainan mengembangkan otak kanan
Disamping itu tentu saja anak mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebayanya dan mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Bermain melalui permaianan memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun di rumah.
c.     Permainan mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang menempatkan dirinya sebagai mahluk sosial. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran “baik” atau “jahat” membuat anak kaya akan pengalaman emosi, anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi.
d.     Memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan rasa percayanya kepada orang lain dan kemampuan dalam bernegosiasi, memecahkan masalah (problem solving) atau sekedar bergaul dengan orang sekitarnya.
e.     Menumbuhkan rasa kebersamaan
Dengan bermain dakon, anak-anak belajar untuk membagi rejeki secara  merata tanpa padang bulu. Milik lawan atau mili sendiri semua harus mendapat jatah yang sama.
f.        Nilai religius
Melatih peserta untuk jujur, menerima apa adanya. Apa yang diperoleh di lumbung dengan jumlah apa pun diterima tanpa harus protes dengan kekalahannya.
Inilah sinopsis dakon, dilihat dari sejarah dan manfaatnya, semoga bermanfaat bagi pelestarian khasanah budaya bangsa khususnya kalangan generasi muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar